Selasa, Mei 27

Future


beberapa bulan kedepan adalah hari2 paling menentukan dalam kehidupanku,

semua akan dipertaruhkan, Harga diri, masa depan, keyakinan dan buah perjuangan dari masa2 kelam yg masih membayangi…

Akan kuberikan semua yang tersisa…

Akan kutunjukkan bahwa diri ini masih berharga, kan kubuktikan tak selamanya diri ini menjadi pecundang.

Terima kasih untuk semua yang yg sllu memotivasi, yang selalu memberikan doktrin2 positif dan memberi dukungan atas perjuanganku…

Tapi salut juga untuk mereka yang telah menyuntikkan doktrin2 negatif, pikiran2 meremehkan dan menitipkan keraguan ditengah keyakinan diri yang sedang membara…

Insya Allah, kali ini aku takkan terpengaruh aku sedang meniti jembatan masa depan, harapan terakhir ditengah seribu kegundahan….

Akan kubuktikan…

Inilah seorang AxA Muhammad…

Ya Allah… Ijinkanlah aku memutar roda kehidupanku, mengembalikan kembali masa2 indah yang sempat hilang, merasakan kembali dunia yang pernah terlupakan, dan memberikan mereka yang mencintaiku sesuatu yang bermakna yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya…

Minggu, Mei 18

Rabu, Mei 14

Bidadari Suci


Bidadari suci yang menggoreskan tinta cinta di lembaran hatiku
membuatku terpaku dalam gulita malam.....
Kau adalah ruh yang hidup dalam jiwaku,
bayang2mu menyiratkan cahaya diatas wajahku,
Aku begitu meyayangimu,
akan tetapi dengan kasih bisu, dalam selubung sunyi, dan gulungan kabut rindu
Kasihku menjerit kepadamu tanpa penutup bayangan semu,
Bahkan ia sendiri tak menyadari kedalamannya....
Sampai kapankah rasa ini akan bertahan???
Akankah kau tinggalkan kenangan yang sunyi???
Kenangan yang membuatku malu untuk mengenangnya,
tapi slalu memaksaku utk tidak menguburnya...
Wahai bidadari suci penerang alam khayalku,
Aku masih menyimpan kerinduan yang mendalam akan parasmu,
Berilah aku jalan agar bisa membaca bahasa hatimu,
Aku ingin menjadi penerang dlm gelapmu, petunjuk atas sesatmu,
Dan penenang saat pilumu....
Kasihku tak akan mengikatmu, hasratku tak akan merantai tanganmu..
Namun janganlah kau biarkan hati ini slalu tersiksa karna rasa penasaran
karna misteri yang slalu tergambar dalam senyumanmu...

Jumat, Mei 9

Melankolis versi AxA Muhammad



Seorang melankolis tak prnah mengeluarkan air mata saat menangis, kesedihannya tak dapat diterka,

Tangisannya tertuang lewat syair, kanvas dan wadah sunyi yang tergambar samar d pelupuk mata

Saat malam tiba jiewanya yang sendu merekah mengais keheningan, dalam gelap malam hatinya terbius menyelami indahnya kesunyian..

Sehingga hati, jiwa dan raganya menyatu dengan dinginnya malam.

Seorang melankolis biasanya perfeksionis, sedikit kesalahan/kekurangan bisa menjadi beban bagi pikirannya, Melankolis sejati tak suka dibatasi, batas ruang dan waktu baginya semu, hanya firman tuhan dan sabda nabi yg bisa menembus batasannya.

Seorang melankolis pada dasarnya sangat menyukai ketenangan, ia juga suka memendam sesuatu yang mungkin bagi orang lain tak perlu untuk dipendam, namun dibalik itu seorang melankolis sangat menyukai hal2 baru, apalagi sesuatu yang bisa dijadikan wadah curahan pemikiran dan kreatifitas.

Jangan pernah berkecil hati menjadi seorang melankolis, tapi jangan pula berbangga hati atasnya, karna melankolis bukanlah sebuah kekurangan ataupun kelebihan,

Namun suatu saat bisa saja sifat melankolis anda menjadi titik lemah anda, dan bisa juga menjadi senjata andalan yang tak pernah anda bayangkan, semua tergantung dari tingkat kesempurnaan pemahaman anda trhdap sifat melankolis yang anda miliki.

Seberapa melankoliskah anda???

http://axamelankolis.multiply.com


Engkau adalah mawar mwrah penyejuk hatiku

Kau mengetuk pintu cinta yang telah lama terkubur dalam kehampaanya

Dalam dirimu aku menemukan naungan sejuk peneduh jiwa

Dan kini bayangmu diam bersemayam dalam kalbu

Aku tak mengerti mengapa rasa ini begitu menggugah jiwaku

Tak seperti cintaku di masa lalu,

Saat ia datang begitu bergelora

Namun sang waktu dengan mudah menghapusnya

Mungkin karma kau menghampiriku dikala hatiku gersang, kekeringan, kosong

Dan serpihan jiwaku berserakan di sepanjang jalan2 yg pilu ini

Dan kini maku mencarimu,

Dikala hatiku mulai menem,ukan sebuah makna

Makna yang kau guratkan di belahan jiwaku

Jangan pernah memintaku untuk melupakanmu,

Karna namamu kini teranyam dalam jalinan mesra,

Dipusara hatiku yang terdalam

Seperti halnya aku tdk bisa mencegah ayam berkokok di pagi hari

Seperti itu pula aku tidak bisa menjauhkan anganku dari cintamu

Kini diriku masih disini,

Mencari dan menelusuri bayang2 cinta sejati

Namun cintas ini kan tetap hidup dalam keheningannya

Akankah jiwa ini mampu embimbingnya???

CINTA MELANKOLIS

Telah pudar cahaya bintang dan telah berhenti semua mata memandanginya

Yang tinggal hanya riuh angin tengah malam menderu menusuk kalbu

Sementara diriku masih terpaku disini, diberanda kelam bertabur kepiluan

Ditemani gitar klasik yg slalu setia menangisi kekosongan jiwa


Hati yang dulu biru oleh belaian rasa rindu

Dan semakin sendu oleh seuntai makna yang tergores d dinding kalbu,

Kini seakan memudar,

Setelah kusadari jiwa ini telah dirobek

Oleh kepalsuan cinta yang pernah engkau tawarkan


Tahukah kau???

Tak pernah kupaksakan pengakuan atas cinta ini

Namun caramu menghargai cinta ini

Membuat hatiku meneteskan darah didalam raga


Mungkin kata2ku tak seindah Kahlil Gibran

Yang dengan untaian katanya

Menjadikan rasa cinta ibarat surga

Mungkin cintaku tak sedalam sah Jehan

Yang dengan kerinduannya,

Ia membangun Taj Mahal diatas pusara kekasihnya


Atau mungkinkah diri ini yang tak tau diri?

Terlalu percaya akan cinta sejati

Bertahun kurasakan buntu aliran darah ini,

Cintamu telah membakar jiwa dan ragaku

Seribu cinta kupinggirkan demi utuhnya namamu dikalbuku

Namun cinta yang kupersembahkan tulus dari palung hati yang terdalam

Entah yang kuterima…..


Kini usai sudah asa ini

Harga diriku telah memurkai cinta suci ini

Hanya satu tersisa…

Pergilah dan terbanglah bersama keangkuhanmu

Melankolis sufi dari Persia


Syekh Sa'adi (bahasa Persia: سعدی, nama lengkapnya dalam Bahasa Indonesia: Abu Muhammad Mushlihuddin bin Abdullah) (1184 - 1283/1291?) adalah salah satu penyair Persia di Zaman Keemasan Islam. Ia juga turut terkenal dengan kedalaman ilmu pemikiran sosial.

Dilahirkan di Shiraz, Persia, Syekh Sa'adi berhijrah ke Baghdad ketika berusia muda untuk mempelajari sastra Arab dan juga Iptek Islam di An-Nizhamiyyah, Baghdad (1195-1226).

Disebabkan ketidakstabilan keadaan pemerintahan Islam setelah penyerbuan bangsa Mongol, ia menjelajah ke Anatolia, Suriah, Mesir dan Irak. Dalam hasil tulisannya, ia turut menjelajah sejauh India dan Asia Tengah. Sa'adi ini bagaikan Marco Polo yang merantau ke negeri-negeri asing dari tahun 1271 hingga 1294. Perbedaan antara dua tokoh ini ialah Marco Polo menjelajah ke negeri-negeri kaya dan bergaul dengan bangsawan-bangsawan, sedangkan Sa'adi bergaul dengan orang yang selamat dari keganasan bangsa Mongol. Ia bertemu dan berbicara dengan pedagang, petani, pengkhotbah, pengelana, pencuri dan sufi. Sekurang-kurangnya 20 tahun ia melakukan perkara yang sama yaitu memberi khotbah, menasihati masyarakat, menuntut ilmu, dan memperbaiki khotbahnya supaya diisi ilmu-ilmu yang berguna.

Saat pulang ke tempat kelahirannya, Shiraz, ia telah tua. Kepulangan beliau dielu-elukan penduduk kota itu. Malahan, pemerintah wilayah Shiraz juga turut mengelu-elukan kepulangannya. Sebagai balasan terhadap budi baik pemerintah Shiraz, ia menggunakan nama pemerintah itu yaitu Sa'adi bin Zangi sebagai nama penanya. Sa'adi juga turut menulis beberapa puisi bagi menghargai layanan baik pemerintah Shiraz ini. Ia kemudian menghabiskan masa tua di kota ini.

Tulisannya yang terkenal ialah Bostan (Kebun) dari tahun 1257, dan juga Gulistan (Taman Mawar Merah) pada tahun 1258. Kitab Bostan ini adalah kumpulan puisi-puisi dan juga cerita-cerita yang mengisahkan sifat-sifat yang harus ada pada setiap Muslim yaitu adil, rendah diri, murah hati dan tidak tamak. Karya Golestan di dalamnya berbentuk prosa dan mengandung cerita dan persitiwa-persitiwa pribadi. Karya ini diselitkan dengan puisi-puisi pendek yang mengandung aforisme, nasihat dan juga lelucon. Sa'adi juga turut menggambarkan sifat manusia yang tidak mau munasabah.

Senin, Mei 5

MELANKOLIS SEJATI DARI LEBANON


Kahlil Gibran lahir 6 Januari 1883 – 10 April 1931) adalah seorang seniman, penyair, dan penulis Lebanon Amerika. Ia lahir di Lebanon (saat itu masuk Provinsi Suriah di Khilafah Turki Utsmani) dan menghabiskan sebagian besar masa produktifnya di Amerika Serikat.

Kahlil Gibran lahir di Basyari, Libanon dari keluarga katholik-maronit. Bsharri sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.

Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Beirut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat sejak tahun 1898 sampai 1901.

Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Kesultanan Usmaniyah yang sudah lemah, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.

Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.

Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York City, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang menyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronit. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.

Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.

Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.

Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.

Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.

Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.

Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Suriah yang tinggal di Amerika.

Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.

Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.

Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.

Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.

Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".

Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hepatis dan tuberkulosis, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.

Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.

Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Mar Sarkis, sebuah biara Karmelit di mana Gibran pernah melakukan ibadah.

Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kahlil_Gibran

KENNY G DENGAN MUSIK MELANKOLIS NYA


Di tangan Kenny G, bunyi saksofon bisa meluluhkan apa pun. Hembusan angin pun bisa menjelma menjadi alunan musik. Setelah album baru Rhythm & Romance, dia tergoda musik etnik Timur.

kenny Gorelick atau yang akrab dipanggil Kenny G kini men- coba membebaskan alunan saksofonnya untuk berkolaborasi dengan irama musik lain di luar jazz. Kenny bahkan mengambil langkah berani dengan meninggalkan produksi rekamannya Arista Records, agar bisa menciptakan alunan yang lebih hidup. Kali ini, ia mencoba kolaborasi dengan aliran musik latin yang menurutnya mampu memberikan rasa tenang sekaligus rasa bahagia.

Pria kelahiran 1956 asal Amerika Serikat ini mengatakan, tidak keberatan untuk eksperimen dengan berbagai aliran musik. Aliran musik jazz yang kini menjadi kiblat musiknya bukan menjadi kendala bagi Kenny untuk memadukan aliran musik pop, blues, latin, bahkan etnik dalam karya seninya.

Kepada SP, pekan lalu, Kenny mengungkapkan rasa tertariknya untuk memadukan irama musik etnik khas Indonesia dengan alunan saksofon. Ia menilai musik etnik Indonesia memiliki banyak kelebihan karena kebanyakan alat musik yang dipakai masih tradisional.

"Saya tertarik dengan irama musik etnik khas Indonesia. Bahkan sepengetahuan saya, musisi Indonesia pun banyak memadukan musik etnik dengan aliran musik pop, jazz, dan lainnya. Jadi bila saya mendapat kesempatan kembali ke Indonesia, saya akan mencoba berkolaborasi dengan musik etnik," ujarnya.

Keinginan Kenny untuk berkolaborasi dan membebaskan alunan musik dibuktikan melalui album terbarunya Rhythm &Romance. Dalam karya terbaru itu, Kenny mencoba memadukan irama musik latin lengkap dengan samba, ballads, dan bossa nova. Sebanyak 12 lagu dibawakan Kenny dengan aransemen unik, dua diantaranya disajikan duet dengan musisi latin.

Berdasarkan pengalaman, musik latin adalah musik yang spesial. Irama musik ini dipercaya mampu membuat badan bergoyang. Keinginan untuk kolaborasi dengan musik latin sudah lama diimpikan. Saat itu ketika menginjak usia remaja, Kenny tinggal di Seattle dan tanpa sengaja melihat kepiawaian dua musisi jazz yang mencoba memadukan bossanova dalam iramanya. Permainan dua musisi yakni, Cannonball Adderley dan Stan Gets sampai saat ini tetap menjadi sumber inspirasi Kenny.

"Saya menyukai permainan saksofon dalam irama musik latin. Permainan saksofon mungkin saja bisa memberikan nuansa lain dalam musik latin. Tetapi tentu saja dengan cara dan gaya khas Kenny. Saya tidak akan mengikuti jejak orang lain," kata Kenny.

Berbagai cerita romantis tentang cinta masih tetap menjadi pilihan Kenny dalam berkarya. Hanya saja, dalam karyanya pendengar tidak akan mendapatkan lirik lagu romantis. Kenny hanya mempersembahkan alunan musik yang mampu membawa pendengarnya ke suasana lain yang lebih romantis.

Sebelum merilis album terbaru ini, selama enam tahun Kenny sempat terhenti untuk menggali kemahirannya. Kala itu, Kenny tidak memiliki inspirasi untuk mencipta musik baru. Namun, layaknya seorang musisi yang hanya dikenal lewat karya musik, Kenny pun mencoba mencari jalan keluar dari kebuntuan.

Gaya Sendiri

Kenny juga mengaku sempat kehilangan kemampuan untuk mencipta musik dengan gayanya sendiri. Kebanyakan alunan musik yang tercipta justru mengikuti aliran musik orang lain. Kondisi tersebut membuat Kenny kehilangan citra diri dan rasa dirinya dalam berkarya. Langkah besar pun diambil Kenny, ia memutuskan untuk meninggalkan Arista Records yang telah menemaninya selama 25 tahun. Kini Kenny memilih bergabung dengan Concord Starbucks Entertainment sejak Februari 2008 lalu.

"Perubahan besar ini nantinya akan diikuti dengan karya-karya besar dari alat musik kesayangan saya, saxophone. Saat ini saya memiliki banyak ide cemerlang yang akan nantinya tertuang dalam album mendatang," tutur Kenny.

Lebih dari 26 album dirilis Kenny bersama dengan Arista Records, bahkan beberapa hitnya berhasil meraih penghargaan dalam Grammy Award di tahun 1992. Debut album terkenal Kenny diantaranya Duotonoes, Songbirds, Breathless, dan Miracles: The Holiday Album.

Namun diungkapkan Kenny, keberhasilan yang dulu sempat diraihnya justru menjadi belenggu dalam berkarya. Ia sempat tidak bisa menciptakan melodi baru setelah rilis album terakhirnya di 2006, I'm in The Mood For Love: The Most Romantic Melodies of All Time. Untungnya, Kenny berhasil meyakinkan pihak Arista untuk melepaskan dirinya. Kenny merasa dirinya bukanlah musisi hebat seperti Barry Manilow atau Rod Steward yang telah menuai kesuksesan luar biasa.

"Sampai saat ini, saya masih harus mencari jalan terbaik dalam alunan musik ini. Jadi saya membutuhkan waktu, ruang, dan kebebasan untuk berkarya tanpa ada belenggu," paparnya.



sumber :http://www.suarapembaruan.com/News

Rabu, April 30

RINDU DI UJUNG SENJA


"Kini hanya jejak2 makna yg kutinggalkan, berharap dan berkorban demi sebuah nama.
Kupendam emosi dan harga diri demi menjaga sebuah harmoni
Tiada terlintas secuilpun penyesalan walau bayang2 itu selalu menghantui...
oh.....
Mungkinkah luka sudah begitu dalam menyayat dada ini???
Namun mengapa nama itu seolah tak tergoyahkan???
Melekat dan membendung setiap amarah yang menghampiri...
Ingin rasanya kubalut luka itu dengan sebuah persembahan...
Persembahan dari hati yang tiada pernah lelah..
Mencari dan menelusuri bayang2 cinta sejati"