Senin, Mei 5

KENNY G DENGAN MUSIK MELANKOLIS NYA


Di tangan Kenny G, bunyi saksofon bisa meluluhkan apa pun. Hembusan angin pun bisa menjelma menjadi alunan musik. Setelah album baru Rhythm & Romance, dia tergoda musik etnik Timur.

kenny Gorelick atau yang akrab dipanggil Kenny G kini men- coba membebaskan alunan saksofonnya untuk berkolaborasi dengan irama musik lain di luar jazz. Kenny bahkan mengambil langkah berani dengan meninggalkan produksi rekamannya Arista Records, agar bisa menciptakan alunan yang lebih hidup. Kali ini, ia mencoba kolaborasi dengan aliran musik latin yang menurutnya mampu memberikan rasa tenang sekaligus rasa bahagia.

Pria kelahiran 1956 asal Amerika Serikat ini mengatakan, tidak keberatan untuk eksperimen dengan berbagai aliran musik. Aliran musik jazz yang kini menjadi kiblat musiknya bukan menjadi kendala bagi Kenny untuk memadukan aliran musik pop, blues, latin, bahkan etnik dalam karya seninya.

Kepada SP, pekan lalu, Kenny mengungkapkan rasa tertariknya untuk memadukan irama musik etnik khas Indonesia dengan alunan saksofon. Ia menilai musik etnik Indonesia memiliki banyak kelebihan karena kebanyakan alat musik yang dipakai masih tradisional.

"Saya tertarik dengan irama musik etnik khas Indonesia. Bahkan sepengetahuan saya, musisi Indonesia pun banyak memadukan musik etnik dengan aliran musik pop, jazz, dan lainnya. Jadi bila saya mendapat kesempatan kembali ke Indonesia, saya akan mencoba berkolaborasi dengan musik etnik," ujarnya.

Keinginan Kenny untuk berkolaborasi dan membebaskan alunan musik dibuktikan melalui album terbarunya Rhythm &Romance. Dalam karya terbaru itu, Kenny mencoba memadukan irama musik latin lengkap dengan samba, ballads, dan bossa nova. Sebanyak 12 lagu dibawakan Kenny dengan aransemen unik, dua diantaranya disajikan duet dengan musisi latin.

Berdasarkan pengalaman, musik latin adalah musik yang spesial. Irama musik ini dipercaya mampu membuat badan bergoyang. Keinginan untuk kolaborasi dengan musik latin sudah lama diimpikan. Saat itu ketika menginjak usia remaja, Kenny tinggal di Seattle dan tanpa sengaja melihat kepiawaian dua musisi jazz yang mencoba memadukan bossanova dalam iramanya. Permainan dua musisi yakni, Cannonball Adderley dan Stan Gets sampai saat ini tetap menjadi sumber inspirasi Kenny.

"Saya menyukai permainan saksofon dalam irama musik latin. Permainan saksofon mungkin saja bisa memberikan nuansa lain dalam musik latin. Tetapi tentu saja dengan cara dan gaya khas Kenny. Saya tidak akan mengikuti jejak orang lain," kata Kenny.

Berbagai cerita romantis tentang cinta masih tetap menjadi pilihan Kenny dalam berkarya. Hanya saja, dalam karyanya pendengar tidak akan mendapatkan lirik lagu romantis. Kenny hanya mempersembahkan alunan musik yang mampu membawa pendengarnya ke suasana lain yang lebih romantis.

Sebelum merilis album terbaru ini, selama enam tahun Kenny sempat terhenti untuk menggali kemahirannya. Kala itu, Kenny tidak memiliki inspirasi untuk mencipta musik baru. Namun, layaknya seorang musisi yang hanya dikenal lewat karya musik, Kenny pun mencoba mencari jalan keluar dari kebuntuan.

Gaya Sendiri

Kenny juga mengaku sempat kehilangan kemampuan untuk mencipta musik dengan gayanya sendiri. Kebanyakan alunan musik yang tercipta justru mengikuti aliran musik orang lain. Kondisi tersebut membuat Kenny kehilangan citra diri dan rasa dirinya dalam berkarya. Langkah besar pun diambil Kenny, ia memutuskan untuk meninggalkan Arista Records yang telah menemaninya selama 25 tahun. Kini Kenny memilih bergabung dengan Concord Starbucks Entertainment sejak Februari 2008 lalu.

"Perubahan besar ini nantinya akan diikuti dengan karya-karya besar dari alat musik kesayangan saya, saxophone. Saat ini saya memiliki banyak ide cemerlang yang akan nantinya tertuang dalam album mendatang," tutur Kenny.

Lebih dari 26 album dirilis Kenny bersama dengan Arista Records, bahkan beberapa hitnya berhasil meraih penghargaan dalam Grammy Award di tahun 1992. Debut album terkenal Kenny diantaranya Duotonoes, Songbirds, Breathless, dan Miracles: The Holiday Album.

Namun diungkapkan Kenny, keberhasilan yang dulu sempat diraihnya justru menjadi belenggu dalam berkarya. Ia sempat tidak bisa menciptakan melodi baru setelah rilis album terakhirnya di 2006, I'm in The Mood For Love: The Most Romantic Melodies of All Time. Untungnya, Kenny berhasil meyakinkan pihak Arista untuk melepaskan dirinya. Kenny merasa dirinya bukanlah musisi hebat seperti Barry Manilow atau Rod Steward yang telah menuai kesuksesan luar biasa.

"Sampai saat ini, saya masih harus mencari jalan terbaik dalam alunan musik ini. Jadi saya membutuhkan waktu, ruang, dan kebebasan untuk berkarya tanpa ada belenggu," paparnya.



sumber :http://www.suarapembaruan.com/News

Tidak ada komentar: